Kesedihan Dalam Islam
Setiap manusia pasti
pernah merasa sedih atau memendam suatu kesedihan. Termasuk orang yang
senantiasa menebarkan keceriaan sekalipun. Pasti ada saja kesedihan yang
menyelinap dalam hidupnya. Sedih pada umumnya merupakan sebuah ekspresi atau
emosi yang berseberangan atau berlawanan dengan senang dan gembira. Sedih atau
kesedihan akan datang tatkala seseorang yang sangat disayanginya
pergi,kehilangan suatu yang sangat bernilai baginya,tertimpa suatu
musibah,gagal merealisasikan suatu rencana,kenyataan yang tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan dan lain sebagainya. Salah satu contohnya ialah kesedihan
orang tua ketika jauh dengan anaknya atas segala sesuatu yang akan terjadi pada
mereka. Sebagaimana kesedihan Ibu Nabi Musa AS ketika ia harus melepaskan
anaknya,meletakkannya dalam sebuah kotak,dan kemudian membiarkannya mengapung
dengan aliran sungai karena rasa takutnya akan kekejaman Fir`aun atasnya.
Kesedihannya makin bertambah disaat ombak mulai membawa anak kesayangannya jauh
darinya,sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Maka
Kami kembalikan Musa kepada ibunya,supaya senang hatinya dan tidak berduka
cita.”(al-Qashash: 13)
“Maka
Kami mengembalikanmu kepada ibumu,agar senang hatinya dan tidak berduka
cita.”(Thaahaa: 40)
Allah pun menggambarkan
kesedihan Abu Bakar Ash-Shiddiq atas apa yang terjadi pada Rasulullah saat
mereka bersembunyi di suatu gua dan para kafir Quraisy sedang mengejar
keberadaan mereka dalam surah At-Taubah : 40. Selain itu Allah juga menggambarkan
kesedihan Rasulullah akan perbuatan kaum kafir Mekah yang tidak merespon
seruannya untuk berfirman kepada Allah SWT.
“Janganlah
kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir,sesungguhnya mereka
tidak sekali-kali memberi mudharat pada Allah sedikit pun. Allah tidak akan
memberi suatu bagian (dari pahala) kepada mereka di akhirat dan bagi mereka
azab yang besar.”(Ali Imran: 176)
Dari beberapa gambaran
di atas,rasa sedih selalu beriringan dengan rasa takut. Hal ini disebabkan
karena keduanya memiliki keterkaitan yang kuat dan keduanya juga juga bukan
emosi yang menyehatkan. Sehingga,bisa dikatakan apabila seorang individu
terhindar dari keduanya,maka dapat dipastikan kehidupannya selalu berada dalam
keadaan baik. Berdasarkan sudut pandang kajian islam, terapi yang baik untuk
mengobati kesedihan dan rasa takut adalah dengan memperkuat iman kepada Allah
SWT dan memperbanyak amal shaleh. Mendekatkan diri pada-Nya karena Ialah sang pengusa hati yang mampu memberikan ketenangan. Sebagaimana dalam firman-Nya :
“Turunlah
kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu,maka
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati,”(al-baqarah: 38).
Seorang muslim
seharusnya tidaklah berlebihan dalam menumpahkan kesedihannya atas apa yang
menimpanya,baik itu musibah atas diri sendiri,anak,keluarga maupun harta
sekalipun. Hendaklah berpegang teguh pada firman Allah SWT :
“Tiada
suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis pada kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.(Kami jelaskan sedemikian itu)
supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,dan supaya kamu
jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri.”(Al-Hadiid:22-23)
Mengendalikan rasa
sedih bukan berarti tidak boleh menangis ataupun tidak boleh merasa sedih dalam
hati atas segala sesuatu yang luput dari kita. Namun sesungguhnya tangisan dan
perasaan sedih merupakan suatu hal yang lumrah dan umum bagi kebanyakan orang.
Hal tersebut pun diperbolehkan selagi tidak membahayakan dan berlebihan.
Mengendalikan kesedihan tersebut ialah dengan tidak berlebihan saat menangis
hingga terlalu melengking atau berteriak-teriak keras. Tenangkanlah hati dengan
lebih mendekatkan diri kepada-Nya agar kesedihan yang teramat dalam tersebut
tidak sampai menjadi belenggu dalam diri kita. Karena ketika diri kita dikuasai
orang rasa sedih maupun rasa takut,maka hal tersebut justru akan berdampak
buruk bagi diri kita sendiri. Mulai sekarang bertawakallah serta ingatlah pada
Allah agar hati kita senantiasa terjaga oleh-Nya dan ketenangan senantiasa
dianugerahkan kepada kita.
Semoga Bermanfaat......!!
Komentar
Posting Komentar